Belajar tentang Santri ala K. A. Hamidi
Think Globally and Act Locally! Merupakan tagline yang dipopulerkan oleh mendiang Alm.
K. A. Hamidi Hasan kala masih aktif menjadi pengasuh harian di PP Annuqayah
Nirmala. Beliau mengajarkan pentingnya memperluas wawasan dan senantiasa hidup
sederhana namun berkwalitas. Setiap selesai shalat berjamaah, biasanya beliau
menyampaikan tausiyah singkat. Beberapa kali saya mendengar beliau menekankan
bahwa umat Islam adalah ummatan wasatan, dengan kata lain umat yang
mampu menyeimbangkan antara perkara dunia dan perihal akhirat, antara akal dan
hati, antara satu hal dengan hal lainnya.
Sebagai
pengasuh tentu beliau dihormati oleh santri. Namun di mata santri beliau tidak
menempatkan diri dengan status “kekiaiannya” atau “kepengasuhannya”. Suatu
ketika beliau ikut makan siang bersama santri-santrinya. Tempat makan-nya talam
besar sebagaimana cara makan santri dengan lauk ala kadarnya –bagi santri tidak
perlu dijelaskan lagi. Tak jarang pula beliau mengajak santri untuk makan
bersama-sama di dhalemnya.
Ketika
terlambat untuk menjadi imam shalat, beliau tidak sungkan untuk bermakmum
kepada santrinya, junior sekalipun. Sebelum mendirikan shalat jamaah, seperti
biasa beliau keliling pondok bahkan ke dapur sambil memanggil-manggil santri
untuk segera bersiap shalat jamaah. “asholah, asholah, asholah….” Suaranya yang
khas memanggil santri dengan lembut. Di tahun 1998, ketika santri belum begitu
banyak, sehabis shalat dhuhur beliau menyediakan waktu istirahat siangnya untuk
memberikan bimbingan baca Al-Qur’an secara privat. Kemudian di tahun 2000-an,
karena jumlah santri semakin banyak, dan bimbingan membaca Al-Qur’an sudah
dijadwal, sehabis shalat dhuhur K. Hamidi memberikan tausiyah singkat. Hal ini
dilakukan sampai menjelang beliau mangkat.
Beliau
pengasuh yang moderat. Lembut dan penuh kasih sayang. Aspirasi santrinya
didengarkan. Beliau mengenalkan berbagai hal kepada santri-santrinya. Ketika Madrasah
Diniyah dan sekolah formal sedang libur, beliau memutar film yang berkwalitas
untuk ditonton bersama-sama. Film yang diputar biasanya film yang inspiratif,
misalnya karya-karya Harun Yahya. Pernah juga beliau memutar film Hollywood, Behind
Enemy Lind, film yang terinspirasi oleh kisah nyata Pilot Amerika Serikat
Scot O’Grady, dan memasukkan kisah pembantaian Muslim Bosnia.
Secara
akademik beliau tidak memiliki titel mentereng. Pendidikan formal beliau hanya
sampai MA/SLTA. Namun sebagai kiai (muda) beliau memiliki wawasan yang cukup
luas. Beliau aktifis lingkungan. Mendidik dan mengajari santri untuk cakap
memanfaatkan lingkungan sekitar. Menanam sayur mayur untuk konsumsi sendiri,
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat untuk mencegah dan mengobati ketika sakit.
Di saat (pesantren) daerah lain belum mengenalkan komputer dan internet kepada
santrinya, PP Annuqayah Nirmala sudah memberikan bimbingan (kursus) IT kepada santri. Beliau juga menaruh minat yang kuat
terhadap kepanduan. Hal ini belaiu aplikasikan dalam pendidikan PP Annuqayah
Nirmala dengan wadah gerakan pramuka. Semua santri wajib mengikuti kegiatan
kepramukaan.
Beliau
memiliki ghirah belajar yang besar. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana
semangat beliau untuk mengaji dan mengkaji kitab kuning kepada K. A. Muzakki di
Lengkong Barat, Beragung. Hebatnya hal ini terus dilakukan ketika meskipun
beliau sedang sakit (stroke) hingga menjelang dipanggilnya beliau ke pangkuan
Allah untuk selamanya.
***
Melalui
deskripsi singkat alm. K. A. Hamidi Hasan diatas, tentu baik untuk menjadi
bahan refleksi bagi santri, baik yang masih aktif atau sudah menjadi alumni.
Meneladani pemikiran, sikap dan tindakan beliau yang baik dan relevan dengan
masa kekinian dalam kehidupan yang fana ini.
Bahwa santri
senantiasa hidup dengan sederhana, menjauhi sikap hedonis di tengah gempuran
industrialisasi dan pasar gelobal yang menyerang bangsa kita dengan sangat
masif. Sikap konsumtif terkadang datang tanpa kita sadari. Ajakan dan rayuan
iklan di televisi, billboard di jalan-jalan raya seolah-seolah menyerang
otak kita untuk ikut dalam rayuan mereka. Mulai dari makanan cepat saji, gadget
mutakhir, hingga hal-hal yang sebenarnya tidak kita perlukan menurut kebutuhan
primer sebagai mahkluk hidup.
Bahwa dengan
kesederhanaan itu bukan berarti kita harus jumud dan stagnan. Otak tetaplah
harus diisi dengan ilmu pengetahuan dan senantiasa up to date terhadap
informasi. Dengan mamanfaatkan berbagai media informasi seperti internet, surat
kabar dan lain sebagainya, kita harus belajar , belajar dan terus belajar.
Bahwa santri
harus ramah dan peduli lingkungan. Lakukan hal-hal kecil yang berdampak besar,
misalnya memanfaatkan lingkungan sekitar untuk menanam sayur-mayur konsumsi
pribadi, memperlakukan sampah plastik dengan benar, menggunakan air bersih
dengan bijak, menggunakan energi seperlunya, dan lain sebagainya dan lain
sebagainya.
Bahwa santri
harus mampu menggunakan produk tekhnologi dengan benar dan penuh pertimbangan.
Internet sehat harus menjadi landasan ketika memanfaatkan warnet, baik di
pesantren, di rumah atau dimana saja. Bahwa gadget, smartphone harus digunakan
dengan baik dan benar. Tidak menggunakan kamera untuk hal-hal yang kurang baik,
kontra produktif dan hal-hal negatif lainnya.
Posting Komentar untuk "Belajar tentang Santri ala K. A. Hamidi"