Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RUMAH BELAJAR GOES TO PESANTREN

Santri dan Utadz menyimak dengan seksama pengenalan rumah belajar oleh Sahabat Rumah Belajar 2019
“Apakah Rumah Belajar juga menyediakan konten kitab-kitab kuning semisal Kifayatul Akhyar?” pertanyaan sejenis ini selalu muncul dalam setiap kali saya melakukan sosialisasi pengenalan Rumah Belajar ke pesantren-pesantren yang saya kunjungi sebagai Sahabat Rumah Belajar Jawa Timur 2019.

Setelah mengakhiri kegiatan Bimtek Pembatik (Pembelajaran Berbasis TIK) level 3, di Surabaya, ide untuk mengenalkan Rumah Belajar ke pesantren-pesantren muncul. Ide ini kemudian saya koordinasikan dengan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah (salah satu pondok pesantren tertua dan terbesa di Madura) dan Pondok Pesantren AlIn'am di Gapura Sumenep).Akhirnya ide dapat menjadi nyata kemarin tanggal 7 Agustus 2019.

Dua pesantren besar tersebut saya kunjungi. Masing-masing pesantren dua kali sosialisasi. Dua kali sosialisasi bukan tanpa alasan. Di pesantren santri putra dan santri putri dipisah. Sehingga saya harus melakukan 2 kali sosialisasi di satu pesantren. 1 kali untuk santri putra dan 1 kali untuk santri putri. Berarti sampai saat ini 4 kali sudah saya melakukan sosialisasi pengenalan Rumah Belajar ke pesantren-pesantren dalam rangkaian program yang saya sebut "Rumah Belajar Goes To Pesantren".
Pengurus Pesantren Bersama Sahabat Rumah Belajar

Pesantren saya rasa sangat penting untuk dikunjungi dan dikenalkan dengan Rumah Belajar, mengingat: yang pertama, pesantren adalah lembaga tertuta di Indonesia. Yang kedua, di pesantren juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan formal semisal SD, SMP dan SMA/SMK. Yang ketiga, akses terhadap sumber belajar, utamanya sumber belajar umum minim, karena rata-rata santri di Pondok Pesantren berasal dari kalangan menengah ke bawah –sekedar tidak ingin menyebut miskin.

Walhasil, pengenalan Rumah Belajar ke pesantren-pesantren, saya harap dapat memberikan alternatif sumber belajar yang menyenangkan dan lebih variatif. Beberapa fitur yang saya kira berguna adalah Laboratorium Maya, Wahana Jelajah Luar Angkasa dan Peta Budaya.

Laboratorium maya dapat dimanfaatkan oleh para santri sebagai ganti daripada laboratorium nyata. Tidak bisa dipungkiri keterbatasan akses terhadap penyediaan laboratorium nyata bisa terjawab dengan laboratorium maya ini. Tentu karena sekolah-sekolah berada di bawah naungan Yayasan (swasta), maka fasilitas yang tersedia juga tidak banyak. Begitu dengan Wahana Jelajah Luar Angkasa memiliki alasan yang sama seperti Laboratorium Maya.

Sementara fitur Peta Budaya diminati oleh para santri karena secara empiris para santri memiliki ketertarikan kepada konten-konten peta budaya. Hal ini dapat saya simpulkan dari beberapa wawancara langsung setelah kegiatan sosialisasi selesai.

Yang juga menggembirakan adalah, sambutan dari pengasuh pondok pesantren juga luar biasa. Hal ini bisa saya lihat dari postingan mereka di media sosial yang menyatakan kebagiaan, karena Sahabat Rumah Belajar bersedia berkunjung dan berbagi spirit kepada para santri. Apalagi para santri ini menghadapi libur hari raya Idul Adha. Maka saya menyelipkan wawasan internet sehat dan aman ketika mereka berhadapan dengan dunia maya.

Hal yang menjadi perhatian adalah keterbatasan para santri terhadap perangkat teknologi. Mengingat di Pondok pesantren tidak diperkenankan bersinggungan dengan Smartphone. Namun untungnya beberapa sekolah memiliki fasilitas laboratorium komputer yang tersambung dengan internet.

Posting Komentar untuk "RUMAH BELAJAR GOES TO PESANTREN"